Kamis, 03 Juli 2014

TAK TERHAMBAT KETERBATASAN

"untuk kalangan sendiri"
 
Dalam liputan sebuah stasiun televisi, ditampilkan kehidupan keluarga pasangan difabel yang tinggal di Pati, Jawa Tengah. Meskipun mengalami keterbatasan secara fisik, mereka tidak memanfaatkan hal itu untuk meminta belas kasihan orang lain dengan mengemis. Keduanya bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan dua anak mereka. Bukan hanya itu, mereka mengangkat dua anak asuh.

Berbagi mungkin bukan masalah yang besar bagi yang berkelimpahan. Tetapi bagaimana jika pemberian itu bersumber dari keterbatasan ?. Bukankah nilainya lebih berharga dari yang pertama ?. Yesus pun mengakui hal ini. Dua peser persembahan janda miskin, di mata Yesus, merupakan persembahan yang paling berharga. Jumlahnya memang tidak besar, tetapi, bagi sang janda, jumlah itu mewakili seluruh nafkah. Itulah harta berharga kepunyaannya. Perlu kerelaan hati untuk menyerahkannya.

Tuhan tidak melihat persembahan yang kita berikan berdasarkan ukuran, pengaruh, atau keberhasilannya. Tuhan lebih melihat kadar pengabdian, pengurbanan, iman dan ketulusan pribadi yang menyertainya. Keterbatasan fisik atau finansial, dengan demikian, bukan alasan untuk membatasi persembahan kita. Kita bisa memberikan waktu, tenaga, dana, kemampuan, dan apapun yang kita miliki sebagai persembahan yang kudus dan berkenan bagi-Nya. Seperti dikatakan Paulus, kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup sebagai ungkapan syukur atas kemurahan-Nya (Roma 12:1).

PEMBERIAN ITU BUKAN BERDASARKAN KELIMPAHAN, TETAPI TERUTAMA BERDASARKAN KERELAAN.




  1. Halaman Muka.
  2. Kembali ke Halaman Warta Jemaat.
  3. Catatan Seorang Gadis Kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar